Berbagai Destinasi Wisata Alam Bali yang Paling Recomended
Mei 13, 2020Pilihan Wisata di Bogor yang Pas untuk Liburan Keluarga
Mei 23, 2020Suku Osing Banyuwangi merupakan salah satu suku dari ribuan suku yang ada di Indonesia. Memang tidak bisa dipungkiri kalau Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Terdiri dari ribuan suku yang berbeda namun tetap menghargai perbedaan masing-masing. Hal inilah yang membuat Indonesia menjadi salah satu negara dengan suku terbanyak.
Setiap suku yang ada di Indonesia memiliki gaya bahasa, busana, tradisi, adat, makanan, rumah adat hingga gaya hidup yang berbeda. Maka tidak heran jika bahasa daerah yang dimiliki Indonesia juga cukup banyak. Begitupun dengan rumah adat dibangun sesuai dengan letak geografis, sehingga tidak heran jika benuk rumah adat juga berbeda-beda.
Mungkin Anda pernah mendengar salah satu suku di Indonesia yang populer beberapa tahun terakhir yaitu Suku Osing Banyuwangi. Suku Osing merupakan suku asli orang Banyuwangi yang sampai saat ini masih ada. Anda bisa bertemu dengan orang-orang suku Osing jika berkunjung langsung ke Banyuwangi terutama di desa adat Kemiren.
Di desa adat Kemiren Anda akan menemukan rumah adat suku Osing asli dan masih dilestarikan. Suasana desa yang sangat kental penuh dengan kesederhanaan bisa Anda nikmati. Bisa memberikan ketenangan karena jauh dari hiruk pikuk kota besar. Mengenal suku Osing memang menarik untuk dibahas dan menambah pengetahuan tentang suku dan budaya.
Sejarah Suku Osing yang Ada di Banyuwangi
Suku Osing Banyuwangi adalah penduduk asli kota Banyuwangi yang dibiasa disebut dengan Laros atau Lare Osing dan Wong Blambangan. Mereka adalah penduduk mayoritas yang ada di beberapa kabupaten di Banyuwangi. Selain warga suku osing, Banyuwangi juga diisi oleh penduduk suku jawa asli, suku madura dan masih banyak lagi.
Warga suku osing menggunakan bahasa yang berbeda dari kebanyakan masayarakat jawa. Bahasa yang digunakan merupakan turunan bahasa dari Bali dan Jawa Kuno. Jika orang suku Osing berbicara logat dan gaya bahasa bisa terlihat sekali perbedaannya. Sehingga sangat mudah menemukan orang suku Osing walaupun hanya dari cara berbicaranya saja.
Pada awalnya Suku Osing Banyuwangi menganut kepercayaan Hindu-Budha seperti pada masa kerajaan Majapahit. Tetapi karena berkembangnya kerjaan Islan di Pantura membuat agama ini cukup cepat tersebar dan berkembang. Berkembangnya agama Islam dan berbagai kepercayaan lain juga dipengaruhi oleh datangnya VOC yang ingin menguasai Blambangan atau Banyuwangi.
Seperti halnya masyarakat Bali, suku Osing juga memiliki tradisi puputan. Puputan merupakan perang terakhir untuk mempertahankan daerah dan melawan musuh secara besar-besaran. Tradisi ini terjadi karena adanya perang besar pada tahun 1771 yang disebut dengan Puputan Bayu. Hingga saat ini tradisi ini masih dilestarikan oleh warga suku Osing.
Profesi suku Osing mayoritas adalah petani maka tidak heran jika sangat dekat dengan persawahan dan perkebunan. Sisanya bekerja sebagai nelayan, tukang kayu, ternak, pedangang buruh. Serta pekerjaan formal yang juga mengikuti perkembangan yaitu sebagai karyawan, guru, tenaga kesehatan, dosen, pegawai pemerintah dan masih banyak lagi.
Rumah Suku Osing yang Ada di Banyuwangi
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menyadari jika potensi kebudayaan dengan melestarikan Suku Osing Banyuwangi. Pemerintah menunjuk desa Kemiren Kecamatan Glagah menjadi desa adat. Semua kebudayaan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan suku Osing ada di desa adat Kemiren. Jadi jika ingin mengetahui tentang suku Osing bisa datang langsung ke desa adatnya.
Di desa adat Kemiren Anda akan menemukan rumah adat suku osing. Rumah osing sudah ditetapkan sebagai cagar budaya warisan leluhur yang harus dilestarikan. Dalam membangun rumah osing tidak boleh menghadap ke gunung. Rumah harus menghadap ke jalan raya, dalam pembangunan rumah harus sesuai dengan aturan adat.
Rumah Suku Osing Banyuwangi memiliki desain bangunan yang uni dari kayu dan anyaman bambu. Bangunan rumah biasanya tidak terlalu besar dengan desain sederhana namun cukup unik dan menarik. Dalam membangun rumah biasanya pemilik rumah akan melakukan selamatan dengan mengundang beberapa tetangga untuk berdoa dan makan bersama.
Tidak ada ritual khusus dalam pembangunan rumah namun biasanya ada aturan khusus. Arah menghadapnya rumah suku osing ditentukan oleh hari kematian orang tua.
- Menghadap ke utara untuk hari Kamis.
- Menghadap Timur untuk hari Selasa.
- Menghadap Selatan untuk hari Rabu.
- Menghadap Barat untuk hari Senin dan Minggu.
Aturan penghuni rumah Suku Osing Banyuwangi, satu rumah hanya boleh diisi oleh satu keluarga utuh saja. Kamar tidur anak akan ditempatkan didepan dekat jalan utama. Sedangkan kamar tidur orang tua akan diletakkan paling belakang dari jalan utama. Rumah ini tidak memiliki jendela, bagian dalam terdiri dari bale, jumlah dan pawon.
Bentuk dasar rumah suku osing menggunakan empat pilar kayu yang bisa didapatkan di hutan sekitar desa Kemiren. Jenis kayu yang biasa digunakan yaitu kayu bendo, tanjang risip dan cempaka. Bagian depan menggunakan gebyog sedangkan pada bagian dalam menggunakan gedheg yang terbuat dari anyaman bambu tanpa jendela.
- Berbagai Destinasi Wisata Alam Bali yang Paling Recomended
- Rekomendasi Pantai Terindah di Indonesia yang Wajib Dikunjungi
Kebudayaan Khas Suku Osing
Pakaian adat Suku Osing Banyuwangi ada beberapa yang perlu Anda ketahui:
- Pakaian untuk sehari-hari
Pakaian sehari-hari untuk para pria biasanya sama saja seperti pada umumnya karena biasanya para pria bekerja di sawah. Sedangkan untuk wanita biasanya menggunakan atasan kebaya semi broklat dengan ciri khas warna hitam. Sedangkan untuk bawahannya biasanya menggunakan kain jarik dalam kesehariannya.
- Pakaian Jebeng Thulik
Untuk pakaian khusus suku osing untuk acara-acara resmi biasanya menggunakan pakaian yang disebut pakaian jebeng thulik. Pakaian jebeng menggunakan kebaya lengan panjang dengan bordir tanpa menggunakan kutu baru. Jadi terkesan sederhana tapi elegan ditambah dengan sanggul khas Banyuwangian. Untuk thulik baju lengan panjang polos dengan model khas Jawa Timur.
- Busana pengantin suku osing
Busana penganting khas Suku Osing Banyuwangi memang terlihat berbeda dengan busana pengantin pada umumnya. Baju pengantin mirip seperti pengantin Bali namun tetap terlihat jelas perbedaannya. Terdapat banyak hiasan dan aksesoris yang digunakan para pengantin seperti kembang goyang, gelang motif ular, selendang, anting-anting greol dan masih banyak lagi.
Tarian dan Seni Khas Suku Osing
- Tari Gandrung
Salah satu tarian khas Banyuwangi yang merupakan warisan dari Suku Osing Banyuwangi yaitu tari Gandrung. Tarian ini menjadi ikon kota Banyuwangi itu sendiri sehingga sering disebut sebagai kota Gandrung. Tarian ini dulunya dipentaskan disaat acara adat, atau menyambut tamu. Namun kini tari Gandrung bebas dipentaskan dimana saja.
- Barong
Tradisi yang terus dilakukan oleh suku osing yaitu Barong Ider Bumi. Acara ini merupakan bagian dari acara bersih desa dimana Barong akan diarak keliling desa. Selain itu Barong juga sering ditampilkan pada acara-acara khusus seperti pernikahan, khitanan, acara besar lainnya. Perlu ada pendampingan khusus karena tarian ini kental dengan mistis.
Membahas tentang suku dan budaya di Indonesia memang sangat menarik dan tidak pernah ada habisnya. Apalagi menjaga suku dan budaya perlu dilakukan demi menjaga kelestarian warisan leluhur. Seperti Suku Osing Banyuwangi sebagai contohnya yang terus dikembangkan namun tetap menjaga keasliannya.